Pages

Sabtu, 25 Juni 2016

Fakta Sosial ( Emile Durkheim )

Posted by Unknown on 08.12


FAKTA SOSIAL ( EMILE DURKHEIM )
Fakta sosial yang dikemukakan oleh Emile Durkheim ini mencoba menjelaskan upaya untuk memahami masyarakat itu berinteraksi dan bekerja dalam masyarakat. Atau lebih kepada menjelaskan fenomena sosial dengan cara menjelaskan “fakta-fakta dunia fisik dengan menggunakan hukum-hukum ilmu alam yang terus berkembang” (Bramson 1996:185)
Upaya dalam memahami fenomena ini disebut sebagai sebuah fakta sosial yang terjadi dalam dewasa ini, fakta yang bisa memberikan sebuah pemahaman tentang apa sebenarnya yang menjadi pedoman masyarakat bertindak. Interaksi yang dilakukan sekiranya memiliki dasar dalam melakukan sesuatu. Maka dari itu Emile Durkheim menyatakan bahwa sosiologi harus menjadi 'ilmu dari fakta sosial' yaitu membicarakan sesuatu yang umum yang mencakup keseluruhan masyarakat dan berdiri sendiri serta terpisah dari manivestasi  individu. Fakta sosial ini diartikan sebagai gejala sosial yang abstrak, misalnya hukum, struktur sosial, adat kebiasan,nilai, norma, bahasa, agama, dan tatanan kehidupan lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu untuk memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan masyarakat di luar kemampuan individu sehingga individu menjadi tidak tampak.
Dalam artian fakta sosial ini lah yang menjadi dasar manusia bertindak, berfikir, bahkan sampai pada tahap merasa individu. Semua yang dianggap ini adalah fakta sosial karena dia terbentuk dari lingkungan eksternal individu. Artinya sejak manusia lahir dia telah dibentuk oleh lingkungan sosial dimana ia di didik dan diharusi untuk mengikuti aturan main yang berlaku pada lingkungan sekitarnya itu, atau boleh dikata kebebasan manusia kecil ini sama sekali tidak ada subjektifitas dalam dirinya karena dia sama sekali tak bisa melepaskan diri dari aturan tersebut.  Artinya, fakta sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua fakta social.
Selain itu, fakta sosial memiliki 3 sifat yaitu: eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion).
1.      Eksternal
Eksternal artinya fakta tersebut berada diluar pertimbangan-pertimbangan seseorang dan telah ada begitu saja jauh sebelum manusia ada didunia.
2.       Koersif (Memaksa)
Fakta ini memeliki kekuatan untuk menekan dan memaksa individu menerima dan melaksanakannya. Dalam fakta sosial sangat nyata sekali bahwa individu itu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong dengan cara tertentu yan dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya.  Artinya, fakta sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua fakta social.
3.      Menyebar/umum (General)
Fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, fakta sosial ini merupakan milik bersama, bukan sifat individu perseorangan.

Dari karakteristik di atas bisa kita katakan bahwa fakta sosial ini menagarahkan kita pada sesuatu yang ada diluar individu yang sifatnya memaksa kita seperti norma yang berlaku. Dengan perkataan lain, fakta sosial seperti tindakan individu dalam melakukan hubungan dengan anggota masyarakat lain yang berpedoman dengan norma-norma dan adat istiadat seseorang sehingga ia melakukan hubungan-hubungan terpola dengan anggota masyarakat lain.

Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :

1.      Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2.      Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao egoisme, altruisme, dan opini.

Jenis-jenis fakta sosial nonmaterial:
1.    Moralitas
Perspektif Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris. Kedua, Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral masyarakat modern.

2. Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum.
Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular”. Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama,
lebih dari masyarakat modern.

3. Representasi Kolektif
Contoh representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda populer. Semuanya mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan mendorong kita untuk menyesuaikan diridengan klaim kolektif.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.

4. Arus Sosial
Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “luapan semangat, amarah. Dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.

5. Pikiran Kelompok
Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan dan tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-menerus berinteraksi melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri berdasarkan hubungan alami mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis, hal yang tak ada bandingannya di dunia biasa.
Perbedaan fakta sosial dengan fakta individu
1.      Fakta sosial
Fakta sosial adalah  perbuatan-perbuatan yang ada diluar individu secara terpisah, umum, dan memaksa karena fakta itu tidak dapat terlepas dari individu-individu secara bersama-sama serta memaksakan individu berbuat sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Jadi fakta sosial tidak menyatu dengan individu-individu secara utuh tetapi juga tidak bisa lepas dari individu-individu tersebut. Inti dari fakta sosial ini yaitu adanya tindakan yang dilakukan disebabkkan karena adanya pola dalam hubungan sosial itu sendiri.

2.      Fakta individu
Sedangkan fakta individu , sering disebut sebagai fakta organis atau fakta psikis. Fakta organis ini merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari kesadaran individu itu sendiri. sehingga tidak ada bentuk intervensi dari luar yang memaksa seseorang untuk melakukan tindakan tersebut karena tidak memerlukan sebuah pola dalam sistem sosial.
Menurut Emile Durkheim, fakta sosial tidak dapat direduksi menjadi fakta individu, karena ia memiliki eksistensi yang independen ditengah-tengah masyarakat. Fakta sosial sesungguhnya suatu kumpulan dari fakta-fakta individu akan tetapi kemudian diungkapkan dalam suatu realitas yang riil. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa fakta sosial dihasilkan oleh pengaruh dari fakta psikis (sui generis).[1]




[1] Ritzer, George, TEORI SOSIOLOGI Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009.
2George Ritzer dan Douglas J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana)

Minggu, 17 April 2016

Sakhatisme dalam 'Jomblo'

Posted by Unknown on 07.01

Sakhatisme merupakan buah dari hasil perenungan terkait penyesalan,kekesalan,pengkhianatan,kesakitan dan semua kesalahan yang berusaha untuk dibenarkan. Sakhatisme atau sakit hati adalah pengetahuan yang dianggap dapat mengurangi gairah kehidupan dan menyebabkan kita lupa terhadap kejadian di lingkungan sekitar. Banyak yang beranggapan sakhatisme ini hanyalah lelucon, tapi perlu diketahui bahwa paham ini bisa saja menjerumuskan manusia kedalam jurang kesesatan yang di isi dengan kebohongan dan kemunafikan dunia ini. Mereka yang mengalami kejadian mengenai paham sakhatisme ini hanya diam dan terus diam meratapi nasib yang tak berkesudahan dalam urusan pencarian cinta yang tak pasti. Paham ini banyak terjadi dikalangan pemuda pemudi yang berusaha untuk menghilangkan semua kesalahan dalam keadaan apapun. Jadi semua yang ia lakukan berlandaskan akan kebodohan mengikuti ego dan nafsunya yang berlebihan sehingga membuat dirinya sendiri akan jatuh kedalam kesalahan dalam menentukan tujuan.
Pandangan dunia yang menjadi dasar menjalani kehidupan dunia sudah buta akan dirinya. Entah darimana paham ini berkembang, tapi ini sudah menjadi bahaya laten yang harus dibasmi u
ntuk kesatuan berbangsa dan bernegara.

Layaknya pahlawan revolusioner, pemuda adalah agen penerus perjuangan bangsa, mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan dan merubah cara pandang dunia untuk melepaskan status kejombloan dalam paradigma kita. Akibat dari melebih-lebihkan segalanya membuat kehidupan dalam dunia percintaan akan semakin rumit jadinya.

Sudah ada ketentuan yang telah ada dalam jomblo menjomblo karena ini adalah paham yang sudah akut dan harus dibasmi sesegera mungkin. Hal ini meresahkan saya selaku jomblo yg tersinggung dengan paham sakhatisme. Sakhatisme ini akan selalu ada selama dunia ini ada (cie). Kegilaan yang dihasilkan dari paham ini membuat semua yang terjangkit paham ini akan sering melantunkan syair -syair puisi yang menjadi alat untuk menyampaikan isi dalam doa kepada dia yang dinanti untuk para penanti. Semuanya telah dilipat dengan lipatan seribu makna untuk setiap penafsir cinta yang selalu keliru, dongeng berkembang dimana-mana dan mitos yang sudah lama hilang kini kembali datang di dunia milenium ini. Penyakit menyerang masyarakat dengan falsafah percintaan yang keliru, pemerkosaan dimana-mana, pencabulan anak dibawah umur terpampang jelas di depan mata kita. Kesenjangang terjadi dimana-mana, para gank motor muncul sebagai pemberontak untuk ketidakadilan bagi kami yang merasakan kesombongan dan keangkuhan dia yang beronani dengan jabatannya sendiri. Wajar saja banyak orang yang sakit hati melihat semua ini terutama para jomblo yang berusaha melawan dengan tindakan-tindakan kriminalitas.
Masyarakat mulai kehilangan nurani dan pemimpin tak tahu untuk berbenah diri, sampai kapan kita harus diam dan menyaksikan drama2 yang mereka berusaha ciptakan dengan akal yang sudah kotor itu. Bersihkan sampah yang berserakan dipikiran kalian lalu bangun dari tidur panjang diruang yang penuh dengan wanita telanjang mencumbu kelamin2 jantan yang tak tahu diri.

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site